Friday, May 27, 2011

Habis Nyusu, Makan, 'Muntah'! Kenapa, ya?

Habis nyusu, makan, muntah. (Foto: Getty Images)
Habis nyusu, makan, muntah. (Foto: Getty Images)

Sabtu, 28 Mei 2011 - 09:10 wib
SETIAP selesai minum susu atau makan, Naomi (7 bulan) kerap mengeluarkannya lagi. Padahal, dia sehat, aktif, minum dan makannya pun normal. Apakah yang terjadi dengan Naomi wajar, atau dia memang mempunyai penyakit?

Gumoh = Muntah

Mungkin bayi yang sudah mengenal MPASI, Moms anggap tidak mungkin gumoh. Itu karenanya Moms mengira saat dia megeluarkan sesuatu (minuman/makanan) usai menyusu atau makan, dianggap muntah. Padahal itu belum tentu muntah. Si kecil hanya gumoh, Moms!

Memang sulit membedakan antara gumoh dan muntah. Dalam bahasa medis gumoh disebut regurgitasi atau refluks gastroesofageal (REG), terjadi karena adanya pergerakan balik arah isi lambung secara pasif ke dalam kerongkongan. Isi lambung yang dikeluarkan berupa cairan liur, makanan, minuman, cairan lambung, cairan pankreas atau empedu.

Sementara muntah adalah suatu keadaan dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif (dengan bantuan kerja dari otot-otot perut), biasanya tampak lebih menyembur. 

Mengapa Bayi Gumoh?

Lebih dari 50 persen bayi berusia kurang dari 6 bulan mengalami gumoh sebanyak 1-4 kali dalam sehari dan menurun drastis menjadi berkisar 10 persen saat bayi berusia 10-12 bulan. 

Lantas, mengapa bayi sering gumoh? Prinsipnya, pada bayi sfingter -otot berbentuk cincin yang akan membuka dan menutup setiap makanan masuk ke dalam lambung dan udara dapat keluar- belum bekerja secara sempurna.

Sehingga ketika sfingter membuka, isi lambung seringkali masuk kembali ke esofagus (kerongkongan) -saluran yang menghubungkan mulut ke lambung dan pada bagian akhir terdapat sfingter esofagus- dan keluar melalui mulut. Dan terjadilah gumoh (refluks).

Bisa Normal, Bisa Tidak

Walaupun gumoh termasuk lumrah pada bayi, moms juga harus tetap waspada. Bila frekeunsi gumoh = 4x/hari (umumnya berkurang seiring bertambahnya usia), tumbuh kembang bayi tidak terganggu, berat badan bertambah dengan baik, maka gumoh itu normal.

Lain halnya jika frekuensi dan intensitas gumoh berlebihan disertai gejala klinis akibat komplikasi refluks - berat badan tidak naik-naik (gagal tumbuh, sering ditemukan pada bayi yang alergi susu sapi), batuk berkepanjangan, dan menetap setelah usia 12 bulan.

Maka gumoh ini tidak normal (patologis). Keadaan ini sering dijumpai pada anak palsi serebral (cerebral palsi), sindroma down, fibrosis kistik (cyctic fibrosis) dan kelainan anatomi saluran cerna atas.

Jika Bayi Gumoh...

· Tinggikan posisi kepala berkisar 30 derajat untuk memberikan respons menguntungkan dalam terapi refluks.

· Berikan makanan atau minuman pada bayi dengan pengentalan (osmolaritas tinggi).

· Hindari makan sebelum waktu tidur.

· Posisikan tengkurap dengan meninggikan posisi kepala 30 derajat. Mengosongan lambung dan motilitas esofagus lebih efektif dengan bantuan gravitasi, sehingga menurunkan terjadinya tersedak atau aspirasi.

· Beri makan dengan porsi kecil dan sering akan mengurangi volume lambung setelah makan. Sehingga kemungkinan refluks berkurang.

· Terapi obat sesuai dengan anjuran dokter.

· Terapi bedah pada kasus tertentu bila cara-cara di atas tidak berhasil. n

Muntah Tanda Penyakit

Selain gumoh, bayi juga sering mengalami muntah. Muntah sendiri bukanlah suatu diagnosis tapi lebih merupakan petunjuk (tanda) adanya suatu penyakit tertentu.

Muntah karena ada sumbatan pada saluran cerna ditandai dengan muntah yang menyemprot (forceful vomit), tidak hanya menyembur dan biasanya berwarna hijau akibat tercampur empedu.

Sedangkan muntah yang bukan disebabkan oleh sumbatan, paling sering disebabkan oleh infeksi yang menyertai diare, obat-obat tertentu, atau akibat gangguan susunan saraf pusat.

Muntah Tanda Penyakit
- Muntah sebagai gejala infeksi umumnya disertai gejala klinis seperti demam, mual, sakit perut dan diare. Gejala ini akan berhenti dalam 6-48 jam.
- Muntah yang terjadi segera setelah makan (kemungkinan penyakit tukak lambung atau gastritis). 
- Muntah akibat keracunan makanan dapat terjadi 1-8 jam setelah makan. 
- Muntah disertai lapisan putih pada rongga mulut dan lidah bayi, dapat disebabkan oleh jamur (kandidiasis oral).
- Muntah terus-menerus (persisten) pada bayi baru lahir yang terjadi pada malam hari perlu dicurigai adanya hernia diafragma. (Sumber: Mom&Kiddie)



sumber

No comments:

Post a Comment